Kamis, 15 Maret 2012

Merdeka Lahir Batin

Merdeka Lahir dan Batin
Oleh : Juita Kahasih Mahadani
Sebagaimana yang kita tahu, puasa itu wajib hukumnya bagi setiap muslim yang beriman. Puasa di bulan Ramadhan sangat berpengaruh positif jika kita bersungguh-sungguh dalam menjalankannya. Ritual ini dapat dikatakan berbeda dari yang lain  (unik), disebabkan oleh kandungan hikmah di dalamnya. Menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berpikir dan berhati bersih (ulil albab).
Ritual yang ada setiap tahun serta sarat akan nilai ibadah ini wajib dilaksanakan guna mentraining diri. Menjaga dan mengendalikannya dari segala nafsu, baik makan, minum serta keinginan seksual.
Sesuai dengan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Barang siapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap ridla Allah SWT, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Dapat diartikan bahwa kita berpuasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga. Yang lebih penting adalah menjaga lidah, telinga, mata dan hati. Menahan diri dari berbuat dzalim dan kerusakan yang ditimbulkan oleh organ tubuh kita, sehingga mampu menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Lahir kembali dengan hati yang bersih dan lebih mendekatkan diri pada Illahi Rabbi.
Latihan-latihan (amal ibadah) yang dihadirkan di bulan suci Ramadhan seharusnya menjadikan kita cerdas dalam mengatur pola hidup yang bersih dan sehat. Dengan  berusaha sekuat tenaga berlatih menjaga kesucian jasmani dan rohani guna meraih kemenangan (kemerdekaan) yang sejati.
Hidup teratur dimaksudkan agar kita mampu membiasakan diri bangun tengah malam dan pagi hari melalui sahur. Menjalankan rutinitas ibadah yang dianjurkan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
Hidup bersih, salah satunya yaitu membiasakan gosok gigi setelah sahur dan sebelum tidur malam. Berwudlu setiap kali beribadah  diantaranya saat menyentuh dan memahami ayat-ayat suci Al Qur’an yang dapat menentramkan jiwa. Serta mencuci peralatan ibadah seperti mukena dan sarung yang sering digunakan.
Semua ini merupakan sebagian kecil dari hikmah berpuasa yang luar biasa. Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dimulai dari diri sendiri barulah menyebar pada orang lain di sekeliling kita. Berbenah diri dengan selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada sang Pencipta. Membersihkan jiwa dari penyakit iri, sombong, angkuh dendam dan sifat-sifat tercela lainnya. Menjaga diri dari pemanis terlebih pemuas untuk membelanjakan rizki yang tidak pada tempatnya (pemborosan).
Pada Momentum Ramadhan kali ini yang bersamaan dengan hari Kemerdekaan Rebublik Indonesia. Tentunya, tak dapat mengesampingkan  hubungan kita dengan sesama manusia. Kemerdekaan disini tidak hanya dimaknai dalam satu lingkup yang amat sempit yakni terbebas dari jeratan kolonial semata. Akan tetapi, dapat pula berbentuk kreativitas yang menurut Masaru Ibuka pendiri Sony Corporation bersumber pada pencarian untuk memperoleh hal-hal yang tidak biasa dan keberanian untuk melangkah keluar dari kehidupan sehari-hari.
Mengingat cara ini besar pengaruhnya bagi terciptanya harmonisasi kehidupan manusia. Terutama bagi mereka yang tak ingin tersudut, tersingkir dan terbuang dalam persaingan pengaduan nasib. Sebagai manuver untuk mengeksistensikan diri dalam kehidupan di dunia. Seseorang yang memiliki pemikiran kreatif, akan jauh terdepan dalam menilai dan mengembangkan karunia yang ada pada dirinya.
Menerapkan pola interaksi yang egaliter dan arif. Tidak peduli yang dihadapi itu orang kaya, tenar dan berpangkat bahkan ahli sekali pun. Meskipun dalam keadaan menderita, miskin, dan terhimpit dalam kesengsaraan maka akan tetap menerapkan hasil kreatif yang ada dalam dirinya.
Dengan begitu, berpuasa tidak menjadikan kita terbelenggu seperti setan. Artinya, kita mampu mengembangkan diri menjadi insan yang merdeka lahir dan batin. Adanya pengendalian diri (bebas dan bertanggung jawab) yang secara jasmani dan rohani berpengaruh pada apa yang tidak dan harus dilakukan oleh manusia di muka bumi. Beribadah dengan hati yang bersih serta berpikir dengan kreativitas yang terasah. Sehingga, bulan suci Ramadhan saat ini benar-benar membawa berkah, rahmat dan hidayah bagi manusia seutuhnya. Amien…


Artikel NEW, Memperingati Bulan Ramadhan

Ramadlan; Curb Consumer Appetite
By: Misbahul Ulum *
Since the beginning Ramadlan, the whole food price increase is quite significant. The phenomenon seemed to have become an annual routine. Somehow the government has always overwhelmed in stemming the rise in the price. In fact, it should rise in prices has become an annual routine, can be anticipated early.
Various efforts have been taken by the government to suppress soaring food prices. Among them is to perform market operations. However, in reality, the operation of the market held by the government that, did not have much impact on rising food prices in the community. As a result, prices of basic commodities was still increased continuously.
Technically, the price increase was caused by the high public demand, while the amount of inventory is very limited. Then, who should be a concern here is why every Ramadlan come it is always a high demand figures? And does it differ from month Ramadlan months the others economically?
Ramadlan month is the month that most noble, in it there is a command to do the fasting, which is required to hold worship of things that can break the fast. For example, eating and drinking, from dawn until sunset.
If this refers to the commandment of fasting, should be in Ramadlan prices of basic food prices has decreased, not actually increase. Because, if it is calculated mathematically, needs someone on the moon is much less than in other months. If for example someone on a regular day in a single day to eat as much as three times, in Ramadlan someone eating only twice, namely when breaking and dawn.
However, the fact that occur in society so different from the matter mathematically. This month, prices rose just incredible. There seems to be behind the problem that caused these prices to rise. And if you conclude, the main cause is the consumerist culture that has long been rooted in society.
Manifestation of consumer culture is seen when someone is breaking the fast. Someone will usually prepare a variety of foods for Iftar. Starting from the appetizer, the core of cuisine, until dessert. Sometimes it's very excessive.
Fasting is supposed to be the media adds to devote to God and also media training to foster empathy for others, has turned into a routine the tug of lust. Fasting is no more just a routine resist the desire to eat and drink, from dawn until sunset. However, after sunset arrived, appetite and drank it off just like that without control.
Suffering, hunger, and the concerns felt by those who lack do not mean anything to run fast. They remain to be those who are always in shortage, hunger and helplessness. In fact, fasting should train oneself to be able to feel what is felt by people who can’t afford. Not become a routine that just holding food and drink.
Holding Lust
One purpose of fasting is to train a person's restraint and control of the passions or desires that bad. And one of the passions must be controlled is the consumerist lust. Consumptive appetite is a desire that leads to the level of use and efflux of a particular item is very high. The ultimate goal is to spend without ever thinking to create or produce something (productive).
Sometimes, this is never realized by many people. Naturally, if every time Ramadlan come, consumption level is very high, so many prices had also soared. Consumptive appetite is not only happening at the time of breaking it, almost all of the nuances Ramadlan always identified with high levels of consumption. For example, buying new clothes and equipment. Thus emerged the notion that, no Ramadlan without clothes and new equipment.
Picture above of course is contrary to the true spirit of fasting. Fasting to lose the sacred values​​. Its sacredness has shifted with consumerist lust that had long mastered the spirit and mindset. If that ever happens, it's hardly worth it done fast, only hunger and thirst are obtained.
Furthermore, this high consumptive desires necessitates excessive lifestyle. Things that should not be necessary, was held deliberately invent. Iftar should be enough to eat and drink naturally, plus a variety of food. It shows a pattern of excessive. Is this what is called empathy and social sensitivity?
The answer is of course not. It is precisely such a pattern is increasingly showing that fasting did not influence anything. Spirit of social sensitivity and empathy are invisible. Only the excessive spirit was apparent. Though God does not like someone is excessive.
To restore the sacred fasting and simultaneously suppress the rise in food prices, one of the cultural measures that can be done is to curb consumer appetite. Someone should begin to cultivate the awareness that fasting is an exercise to feel the fate of the less able, to exercise restraint from desires lawwamah, as well as exercises to be responsible to Allah SWT.
It is time for a paradigm of high consumption in performing the fasting should be changed as soon as possible. If this is allowed to drag on, then the annual routine high food prices will always repeat itself. In addition fasting also sacred will never materialize.
Therefore, for someone who is running fast, running fast with the aim should expect ridlo God and to get closer to him. Because God does not like people that much, then fasting is also not to overdo it. And Allah knows best bi al-shawab
* The writer is a researcher at the Monash Institute of Semarang, chairman of the scientific studies on IAIN Walisongo Semarang.


Membangun Karakter Pemuda

Diskusi PTKP

Membangun Karakter pemuda menuju bangsa yang bermartabat
Oleh : Yestik Arum
Mengutip pernyataan Bung Karno yang mengatakan, “ Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (Character Building) karena Character Building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, dan jaya serta bermartabat. Kalau pembangunan karakter ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli!.”
Dari kutipan di atas saya menyadari bahwa bangsa ini sedang mengalami sakit. Bila sakit ini tidak segera mendapat obat, maka bangsa ini hanya akan menjadi nama dan mungkin juga bisa hilang di permukaan bumi. Sangat tragis memang, ketika kita mendengar bangsa ini kehilangan atau memudar karakter bangsanya. Melihat realitas yang ada pemuda yang memilki cita-cita besar, optimis, pantang menyerah, dan memiliki daya juang yang tinggi. Pemuda saat ini terancam krisis dan kepekaannya. Tidak ada yang perlu dipersalahkan atas kejadian ini. Tapi, yang menjadi kata kunci pembangunan karakter ini haruslah di mulai dari penanaman nilai-nilai yang dapat memperkuat kepribadian seseorang ke arah positif. Karena, pribadi yang selalu berfikir positif maka, akan membawa energi positif pula.
Pendidikan yang ada saat ini selalu lebih mengunggulkan dari segi kognitifnya, sehingga orang dinilai cerdas karena IQ nya tinggi. Padahal, kecerdasan IQ harus juga didukung dan diimbangi dengan kecerdasan hati (EQ) dan kecerdasan spiritual(SQ). Dari hal inilah karakter suatu bangsa harus sudah mulai dibangun. Pembangunan karakter ini harus dimulai dari diri sendiri, kemudian berkembang ke keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara.
Pemuda yang merupakan elemen penting bagi estafet kepemimpinan yang akan datang, perlu dipersiapkan agar pemuda tidak mengalami krisis karakter ini. Dalam buku yang berjudul “Karakter Mengantar Bangsa Dari Gelap Menuju Terang” karya Soemarno Soedarsono ini menekankan akan pentingnya pembangunan karakter diri dan bangsa menuju bangsa yang bermartabat. Menurutnya karakter merupakan dorongan pilihan untuk menentukan yang terbaik dalam hidup. Yang terbaik dalam hidup inilah denga menikmati kesuksesan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari secara lebih bermakna dengan hidup penuh kebajikan dan kebijakan.  Bangsa yang dikenal dengan keramahannya, kesopanannya kini mulai mengalami degradasi. Bahkan, mulai merambah menurunnya tingkat intelektual seseorang. Sehingga bangsa ini tidak henti-hentinya diterpa berbagai permasalahan, baik sosial, politik, ekonomi bahkan agama. Kasus-kasus korupsi, pertikaian antar agama pembunuhan telah mewarnai bangsa ini. Menandakan bangsa yang gemah ripah loh jinawai mulai luntur.
Yang menjadi pertanyaan, apakah memang jati diri bangsa akan hilang? Tidak sepenuhnya demikian, karena dalam buku tersebut dijelaskan bahwa jati diri tidak akan pergi dan tetap ada pada manusia. Akan tetapi dijelaskan bahwa yang terjadi saat ini adalah memudarnya jati diri bangsa karena tertutupnya mata hati manusia akibat perilaku manusia yang lebih mengedepankan prinsip homo homini lupus ( manusia menjadi serigala bagi manusia yang lain). Oleh karena itu jati diri perlu disemai dan dipupuk agar melahirkan manusia yang berkarakter.
Jati diri merupakan siapa sesungguhnya diri kita(hakikat dan fitrah manusia).  Jati diri sebagai manusia merupakan kesadaran tentang esensi keberadaan sebagai mausia, baik sebagai makhluk ciptaan Tuhan, individu dan makhluk sosial bahwa hidup ini adalah perjuangan.
Jati diri merupakan totalitas penampilan atau keribadian seseorangyang akan mencrmnkan secara utuh pemikiran, sikap, dan perilakunya. Seseorang yang berjati diri akan tampil sesungguhnya, tanpa ada topeng dan tampil dengan keadaan sebenarnay sebagai sinergi antara jati diri, karakter dan kepribadian.

Proker HMI komdakwah WS Semester Genap


PROGRAM KERJA SEMESTER GENAP
HMI KOMISARIAT FAKDA WALISONGO SMARANG
PERIODE 2011-2012

NO
INSTITUSI
PROGRAM KERJA
KETERANGAN
1.
Ketua Umum



2.
Sekretaris Umum

  1. Membuat serta meng-Upto date Blog, E-mail, dan faceebok komisariat
b.      Menata buku- buku milik  hmi komisariat dakwah


3.
Bendahara Umum
a.       Mengadakan uang  kas  sebesar Rp.10.000,00-
b.      Mengadakan uang  amal mengadakan bisnis pulsa
a.       Maksimal 15 mei 2012
b.      Setiap agenda formal hmi komisariat dakwah.
4.
Kabid PTKP
a.       Diskusi dilakukan satu bulan 2x
b.      Mengadakan pelatihan leadership
c.       Mengadakan pelatihan kewirausahaan
d.      Membentuk Tim olahraga




a.       Rabu minggu k2 dan k4.
b.       15 juni 2012
c.       15 april 2012
d.      Insidental ( 2x footsal)
5.
Kabid PPPA
a.       Mengadakan diskusi setiap 1 bulan 2x
b.      Mengadakan follow up
c.       Mengadakan forum koordinasi anggota
d.      Mengadakan silaturohmi kahmi
e.       Mengadakan penelitian





a.       Rabu minggu k1 dan k3
b.      Kondisional
c.       1 bulan sekali
d.      1 bulan sekali
e.       April
6.
Kabid keperempuanan
a.       Mengadakan diskusi 2x
b.      Membuat dan mendistribusikan pernak – pernik dan bross kepada kahmi dan kader-kader.

a.       Tanggal 19 april dan 26 mei 2012
b.       14 dan 15 april 2012
7.
Kabid kekaryaan
a.       Mengadakan buletin
b.      Lomba karaoke dan kaligrafi antar kader
  


a.       2 bulan sekali, setiap tanggal 20 mengumpulkan tulisan
b.      Akhir mei 2012.




PENGURUS
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
KOM. FAKDA
WALISONGO SEMARANG




          JADI UTOMO                                                   YESTIK ARUM
Ketua Umum                                                 Sekretaris Umum